Pages

Subscribe:

Senin, 13 Februari 2012

Dari Titik Nadir

Dari Titik Nadir

Titik nadir. Pernahkah kau merasa bahwa hidupmu berada di titik tersebut, kawan? Jika pernah, maka bersyukurlah, karena tidak ada titik yang lebih rendah lagi untuk hidupmu. Hanya pada batas itulah hidupmu mengalami saat terburuk, tidak lebih.

Pada titik inilah, kita melihat teman-teman kita, rival kita, dan orang-orang lain merasa jauh lebih hebat, lebih pintar, lebih beruntung, dan lebih dalam segalanya dibanding diri kita. Yang dirasakan adalah mereka berada di puncak bukit, kita terlleah di lembah. Mereka terbang menjelajah angkasa, kita tenggelam tak berdaya di dasar lautan.

Sehingga ada dua kemungkinan yang biasanya akan terjadi. Pertama, kita akan tergerak untuk perlahan naik menuju titik zenith untuk mampu mengibarkan bendera kemenangan. Kedua, kita justru ingin mengakhiri segalanya dan berputus asa melihat keadaan buruk yang mencekam.

Tapi apapun pilihan kita, tak ada salahnya jika kita sejenak menengok ke belakang, pada sejarah ratusan dan ribuan tahun silam.

Kau tahu Sultan Muhammad Al Fatih, kawan? Pada awalnya bisa dikatakan beliau adalah seorang pemuda yang bandel. Enggan belajar apapun dari para ulama, tidak juga mengkhatamkan Al Qur’an, bahkan pernah menertawakan gurunya. Hingga suatu saat, ia dipukul secara keras dengan tongkat di sebuah majelis oleh gurunya. Beliau takut dan akhirnya mengkahatamkan Kitabullah dalam waktu yang singkat.[1]

Semenjak itu, beliau belajar dengan serius. Alhasil, banyak ilmu pengetahuan yang diserapnya. Kesalehannya meningkat, keberaniannya semakin terhunus tajam, kecemerlangannya melesat. Maka tidak heran, sebuah ide konyol namun menakjubkan akhirnya muncul, yakni mengangkat perahu Utsmani melalui daratan. Dan pada akhirnya, Konstantinopel pun berhasil beliau bebaskan.

Mari kita bergesar ke jaman yang lebih jauh, jaman Dinasti Ayyubiyah. Sultan Shalahuddin Al Ayyubi memimpin generasinya untuk membebaskan kiblat kaum muslimin yang pertama, Masjidil Al Aqsa di Jerussalem.

Bagaimana bisa terjadi padahal dulunya beliau adalah seorang pemuda yang flamboyan, melankolik, mudah meneteskan air mata terhadap hal yang sepele, ngeri membayangkan darah, dan takut melihat luka? Bagaimana bisa ia pada akhirnya memimpin ratusan ribu pasukan dalam pertempuran demi pertempuran yang melibatkan darah, air mata, dan luka?[2]

Dan siapakah juga seorang buta huruf yang pada akhirnya menjadi manusia termulia di hadapan Allah swt? Ya, Rasulullah saw.

Dari mereka, kita belajar. Kita belajar pada Sultan Muhammad Al Fatih yang belajar dengan serius setelah dipukul oleh gurunya dan tetap istiqomah dalam keseriusannya. Dari Sultan Shalahuddin Al Ayyubi kita belajar bagaimana hidupnya berubah 180 derajat saat ia dipaksa untuk turun ke medan perang. Ia gentar tapi tak ada pilihan lain. Dari Rasulullah saw, kita belajar semuanya.

Ya, begitulah kawan. “Kau akan menuai apa yang kau tabur,” ungkap seorang panglima saat berbicang Balian of Ibelin dalam film Kingdom of Heaven. Biarlah masa lalu yang kita anggap kelam hanyut terbawa arus waktu.

Dari titik nadir, kita berangkat. Seperti mereka yang telah menyejarah, yang awalnya tak dikenal, low profile, dan tak dihiraukan. Dari titik nadir, mereka berangkat menuju kemenangan dan kejayaan. Dari titik nadir mereka mulai, bergerilya, tak banyak bicara, istiqomah, dan meluruskan niat agar tetap survive.

Maka saat kita merasa yang lain lebih baik dari kita, itu pertanda bahwa kita harus mengejar mereka. Berlari ketika yang berjalan. Terjaga saat yang lain terlelap. Kukuh berdiri saat yang lain mulai tumbang. Menangis ketika yang lain tertawa. Tersenyum saat lain menangis. Hidup di saat yang lain mati. Karena kelalaian masa lalu bukanlah untuk dijadikan sebuah pemakluman, melainkan sebuah konsekuensi yang perlu kita bayar.

Maka karena kita memulai dari titik nadir, kita diperintahkan untuk berangkat berjuang bagaimanapun keadaannya. Berat ataupun ringan. Sampai kita payah, sampai lelah menjadi kelelahan sendiri mengejar kita yang tak kenal lelah. Sampai tbuh melepuh tak sanggup lagi untuk berjuang. Entah sampai kapan. “Jika orang mengatakan time is money, kita mengatakan time is for Allah,” kata Ustadz Yusuf Mansyur.[3]

Wallahu’alam bis showwab.

[1]Ash Shalabi, Dr. Ali Muhammad. 2011. Sultan Muhammad Al Fatih Penakuluk Konstantinopel. Pustaka Arafah: Solo.
[2] Fillah, Salim A. 2011. Jalan Cinta Para Pejuang Cetakan keenam. Pro-U Media: Jogjakarta.
[3] Mansyur, Ust. Yusuf. Benahi Shalat Kita MP3.

Nanda Iriawan Ramdhan
Mahasiswa Fisika ITS angkatan 2009

Rabu, 16 November 2011

Tafsir Ringkas QS Al-Kafirun

Ditulis oleh Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku."

Surat ini adalah surat makkiyah, surat yang diturunkan pada periode Makkah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa, surat ini turun pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa, surat ini adalah surat penolakan (baraa’) terhadap seluruh amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang memerintahkan agar kita ikhlas dalam setiap amal ibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun campuran, baik dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap bentuk percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas dalam konsep aqidah dan tauhid Islam yang murni.

Meskipun kita diperbolehkan untuk berinteraksi dengan orang-orang kafir dalam berbagai bidang kehidupan umum (lihat QS Luqman [31]: 15, QS Al-Mumtahanah [60]: 8 dan yang lainnya), namun khusus dalam masalah agama yang meliputi aqidah, ritual ibadah, hukum, dan semacamnya, sebagaimana dinyatakan dalam surat ini, kita harus bersikap tegas kepada mereka, dengan arti kita harus bisa memurnikan dan tidak sedikitpun mencampuradukkan antara agama kita dan agama mereka.

Disebutkan bahwa sebab turunnya (sababun nuzul) surat ini adalah bahwa, setelah melakukan berbagai upaya untuk menghalang-halangi dakwah Islam, orang-orang kafir Quraisy akhirnya mengajak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkompromi dengan mengajukan tawaran bahwa mereka bersedia menyembah Tuhan-nya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selama satu tahun jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersedia ikut menyembah tuhan-tuhan mereka selama satu tahun. Maka Allah sendiri yang langsung menjawab tawaran mereka itu dengan menurunkan surat ini (lihat atsar riwayat Ath-Thabrani, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas ra).

Keutamaan Surat Ini

Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa, nilai surat ini setara dengan seperempat Al-Qur’an. Diantaranya riwayat dari Ibnu Umar yang menyebutkan bahwa, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Qul huwaLlahu ahad setara dengan sepertiga Al-Qur’an, dan Qul yaa ayyuhal kaafiruun setara dengan seperempat Al-Qur’an” (HR Ath-Thabrani).

Dalam banyak riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam biasa membaca Surat Al-Kafirun dan Surat Al-Ikhlas dalam berbagai macam shalat, diantaranya dalam dua rakaat shalat sunnah fajar (HR Muslim dari Abu Hurairah ra), shalat sunnah ba’diyah maghrib (HR Ahmad, Tirmidzi, Nasa-i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Ibnu Umar ra), shalat sunnah thawaf (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah ra), dan shalat witir (HR Al-Hakim dari Ubay bin Ka’ab ra).

Beberapa riwayat juga menyebutkan disunnahkannya membaca Surat Al-Kafirun sebelum tidur, diantaranya hadits riwayat Naufal bin Mu’awiyah Al-Asyja’i, dimana beliau meminta diajari sebuah bacaan yang sebaiknya dibaca sebelum tidur. Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Bacalah Qul yaa ayyuhal kaafirun sampai akhir surat, lalu langsung tidurlah sesudah itu, karena sesungguhnya surat tersebut adalah penolakan terhadap kesyirikan.” (HR Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan lain-lain)

Kandungan Umum

Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Dan karena kedua kandungan makna ini begitu urgen dan mendasar sekali, sehingga ditegaskan dengan berbagai bentuk penegasan yang tergambar secara jelas di bawah ini.

Pertama, Allah memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam untuk memanggil orang-orang kafir dengan khitab (panggilan) ’Yaa ayyuhal kafirun’ (Wahai orang-orang kafir), padahal Al-Qur’an tidak biasa memanggil mereka dengan cara yang vulgar semacam ini. Yang lebih umum digunakan dalam Al-Qur’an adalah khitab semacam 'Yaa ayyuhan naas' (Wahai sekalian manusia) dan sebagainya.

Kedua, pada ayat ke-2 dan ke-4 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menyatakan secara tegas, jelas dan terbuka kepada mereka, dan tentu sekaligus kepada setiap orang kafir sepanjang sejarah, bahwa beliau (begitu pula ummatnya) sama sekali tidak akan pernah (baca: tidak dibenarkan sama sekali) menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.

Ketiga, pada ayat ke-3 dan ke-5 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menegaskan juga dengan jelas dan terbuka bahwa, orang-orang kafir pada hakikatnya tidak akan pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal ini bisa pula kita pahami sebagai larangan atas orang-orang kafir untuk ikut-ikutan melakukan praktek-praktek peribadatan kepada Allah sementara mereka masih berada dalam kekafirannya. Mereka baru boleh melakukan berbagai praktek peribadatan tersebut jika mereka sudah masuk ke dalam agama Islam.

Keempat, Allah lebih menegaskan hal kedua dan ketiga diatas dengan melakukan pengulangan ayat, dimana kandungan makna ayat ke-2 diulang dalam ayat ke-4 dengan sedikit perubahan redaksi nash, sedang ayat ke-3 diulang dalam ayat ke-5 dengan redaksi nash yang sama persis. Adanya pengulangan ini menunjukkan adanya penafian atas realitas sekaligus larangan yang bersifat total dan menyeluruh, yang mencakup seluruh waktu (yang lalu, kini, yang akan datang dan selamanya), dan mencakup seluruh bentuk dan macam peribadatan.

Kelima, Allah memungkasi dan menyempurnakan semua hal diatas dengan penegasan terakhir dalam firman-Nya: ’Lakum diinukum wa liya diin’ (Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku). Dimana kalimat penutup yang singkat ini memberikan sebuah penegasan sikap atas tidak bolehnya pencampuran antara agama Islam dan agama lainnya. Jika Islam ya Islam tanpa boleh dicampur dengan unsur-unsur agama lainnya dan demikian pula sebaliknya. Ayat ini juga memupus harapan orang-orang kafir yang menginginkan kita untuk mengikuti dan terlibat dalam peribadatan-peribadatan mereka.

”Lakum Diinukum Waliya Diin”

Ayat pamungkas yang merupakan ringkasan dan kesimpulan seluruh kandungan surat Al-Kaafiruun ini, secara umum semakna dengan firman Allah yang lain dalam QS. Yunus [10]: 41, dan mungkin juga QS. Al-Qashash [28]: 55, serta yang lainnya. Dimana semuanya berintikan pernyataan dan ikrar ketegasan sikap setiap orang beriman terhadap setiap orang kafir, tanpa adanya sedikitpun toleransi, kompromi dan pencampuran, jika terkait secara khusus tentang masalah dan urusan agama masing-masing, yakni yang meliputi aspek aqidah, ritual ibadah dan hukum.

Namun demikian dari sisi yang lain, jika kita renungkan, surat inipun dari awal sampai akhir, sebenarnya juga mengandung makna sikap toleransi Islam dan kaum muslimin terhadap agama lain dan pemeluknya. Yakni berupa sikap pengakuan terhadap eksistensi agama selain Islam dan keberadaan penganut-penganutnya. Meskipun yang dimaksud tentulah sekadar pengakuan terhadap realita, dan sama sekali bukan pengakuan pembenaran.

Dan hal itu didukung oleh pernyataan yang menegaskan bahwa, tidak boleh ada pemaksaan untuk masuk agama Islam, apalagi agama yang lain, yakni dalam firman Allah: ”Laa ikraaha fiddiin” (QS. Al-Baqarah [2]: 256). Dan hal itu lebih dikuatkan lagi dengan dibenarkannya kaum mukminin bergaul, berhubungan, berinteraksi dan bekerjasama dengan kaum kafirin dalam berbagai bidang kehidupan umum, seperti bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi, bisnis dan perdagangan, politik, pemerintahan dan kenegaraan, dan lain-lain. Yang jelas semua bidang selain bidang khusus agama yang mencakup masalah aqidah, ritual ibadah dan hukum.

Nah bahwa ada dua sikap terkait pola hubungan antara ummat Islam dan ummat lain tersebut, haruslah dipahami secara benar dan proporsional, baik oleh kaum muslimin maupun juga oleh kaum non muslimin, agar tidak terjadi kerancuan-kerancuan, atau pencampuran-pencampuran, atau bahkan pembalikan-pembalikan sikap, sebagaimana yang sering terjadi selama ini. Yakni bahwa, dalam bidang-bidang kehidupan umum, dibenarkan seorang mukmin bersikap toleransi dengan berinteraksi dan bahkan bekerjasama dengan anggota masyarakat non mukmin. Namun khusus di bidang urusan agama yang terkait masalah aqidah, ritual ibadah dan hukum, sikap tegaslah yang harus ditunjukkan, seperti yang telah dijelaskan diatas.

Sebagai penutup, berikut ini poin-poin kesimpulan umum dari kandungan makna surat Al-Kaafiruun, khususnya kalimat pamungkasnya: ”Lakum diinukum waliya diin”:

(1) Secara umum Islam memberikan pengakuan terhadap realita keberadaan agama-agama lain dan penganut-penganutnya. Disamping dari kalimat "Lakum diinukum waliya diin", makna tersebut juga diambil firman Allah yang lain seperti "Laa ikraaha fid-diin", yang berarti Islam mengakui adanya kebebasan beragama bagi setiap orang, dan bukan kebebasan mengganggu, mempermainkan atau merusak agama yang ada.

(2) Dan karenanya, Islam membenarkan kaum muslimin untuk berinteraksi dengan ummat-ummat non muslim itu dalam bidang-bidang kehidupan umum.

(3) Namun di saat yang sama Islam memberikan ketegasan sikap ideologis berupa baraa’ atau penolakan total terhadap setiap bentuk kesyirikan aqidah, ritual ibadah ataupun hukum, yang terdapat di dalam agama-agama lain.

(4) Maka tidak boleh ada pencampuran antara Islam dan agama-agama lain dalam bidang-bidang aqidah, ritual ibadah dan hukum.

(5) Begitu pula antar ummat muslim dan ummat kafir tidak dibenarkan saling mencampuri urusan-urusan khusus agama lain.

(6) Kaum muslimin dilarang keras ikut-ikutan penganut agama lain dalam keyakinan aqidah, ritual ibadah dan ketentuan hukum agama mereka.

(7) Ummat Islam tidak dibenarkan melibatkan diri dan bekerja sama dengan penganut agama lain dalam bidang-bidang yang khusus terkait dengan keyakinan aqidah, ritual ibadah dan hukum agama mereka.
http://konsultasisyariah.net/content/view/101/89/

REALITAS UMAT ISLAM HARI INI

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ (البخاري ومسلم)

Artinya: Dari Said Al-Khudri, dari Nabi saw bersabda:” Kamu pasti akan mengikuti sunah perjalanan orang sebelummu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga walaupun mereka masuk lubang biawak kamu akan mengikutinya”. Sahabat bertanya:” Wahai Rasulullah saw apakah mereka Yahudi dan Nashrani”. Rasul saw menjawab:”Siapa lagi!” (HR Bukhari dan Muslim).

Beginilah nasib umat Islam di akhir jaman yang diprediksikan Rasulullah saw. Mereka akan mengikuti apa saja yang datang dari Yahudi dan Nashrani, kecuali sedikit diantara mereka yang sadar. Dan prediksi tersebut sekarang benar-benar sedang menimpa sebagian besar umat Islam. Dari segi kehidupan sosial umat Islam hampir sama dengan mereka. Hiburan yang disukai, mode pakaian yang dipakai, makanan yang dinikmati, film-film yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dll. Pola hidup sosial Yahudi dan Nashrani melanda kehidupan umat Islam dengan dipandu mas media khususnya televisi. Dalam kehidupan ekonomi, sistem bunga atau riba mendominasi persendian ekonomi dunia dimana dunia Islam secara terpaksa atau sukarela harus mengikutinya. Riba’ yang sangat zhalim dan merusak telah begitu kuat mewarnai ekonomi dunia, termasuk dunia Islam. Lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bangk Dunia, WTO dll mendikte semua laju perekonomian di dunia Islam. Akibatnya krisis ekonomi dan keuangan disebabkan hutang dan korupsi menimpa sebagian besar dunia Islam.

Begitu juga pengekoran umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani terjadi dalam kehidupan politik. Politik dibangun atas dasar nilai-nilai sekuler, mencampakkan agama dan moral dalam dunia politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap mempolitisasi agama. Islam memang melarang menjadikan agama sebagai dagangan politik, tetapi Islam harus dijadikan landasan moral dalam berpolitik. Bahkan Islam telah memberikan landasan yang kuat dalam segala macam aktifitas berpolitik dan bernegara. Buruknya realitas sosial politik umat Islam di akhir zaman disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw, beliau bersabda yang artinya:

Dari Tsauban berkata, Rasulullah saw. bersabda:” Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kamu, seperti kelompok orang lapar siap melahap makanan”. Berkata seorang sahabat:” Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu ?” Rasul saw. menjawab:” Jumlah kalian pada saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan kedalam hati kalian penyakit Wahn”. Berkata seorang sahabat:” Wahai Rasulullah saw., apa itu Wahn ?”. Rasul saw. Berkata: “Cinta dunia dan takut mati” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Inilah sebab utama dari realitas umat Islam, yaitu Wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati sudah menghinggapi mayoritas umat Islam, sehingga mereka tidak ditakuti lagi oleh musuh, bahkan menjadi bulan-bulanan orang kafir. Banyak umat Islam yang berkhianat dan menjadi kaki-tangan musuh Islam, hanya karena iming-iming dunia. Bangsa Amerika, Israel dan sekutunya menjadi kuat di negeri muslim, karena di setiap negeri musuh banyak agen dan boneka AS dan Israel. Bahkan yang lebih parah dari itu agen AS dan Israel itu para penguasa di negeri muslim atau kelompok yang dekat dengan penguasa. Dunia dengan segala isinya seperti harta, tahta dan wanita sudah sedemikian kuatnya memperbudak sebagia umat Islam sehingga mereka menjadi budak para penjajah, baik AS Nashrani dan Israel Yahudi. Dan pada saat mereka begitu kuatnya mencintai dunia dan diperbudak oleh dunia, maka pada saat yang sama mereka takut mati. Takut mati karena takut berpisah dengan dunia dan takut mati karena banyak dosa. Bebera kemiripian dan sikap mengekor yang dilakukan umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani, diantaranya:

I. Pensikapan terhadap Wahyu Allah SWT.

Pensikapan sebagian umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur’an sebagaimana Yahudi dan Nashrani mensikapi Taurat dan Injil. Kemiripan sikap ini pula menimbulkan fenomena dan dampak yang agak sama yang menimpa antara umat Islam dengan mereka. Beberapa kemiripan tersebut seperti disebutkan dalam informasi Al-Qur’an dan Hadits sbb:

1. Umiyah (Buta Huruf tentang Al-Qur’an) Allah swt berfirman yang artinya:“Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga” (QS Al-Baqarah 78). Sifat yang menimpa bangsa Yahudi terkait dengan kitab Tauratnya juga menimpa umat Islam terkait dengan Al-Qur’an, dimana mayoritas umat Islam buta huruf tentang Al-Qur’an, dalam arti tidak pandai membacanya apalagi memahaminya dengan baik.

2. Juz’iyah Al-Iman (Parsial dan Tidak Utuh dalam Mengimani Al-Qur’an) Allah swt berfirman yang artinya:“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” (QS Al-Baqarah 85).

Ayat yang menyebutkan sikap Bani Israil terhadap Taurat ini juga menimpa umat Islam dimana banyak diantara mereka yang beriman pada sebagian ayat Al-Qur’an dan ingkar pada sebagian ayat yang lain. Umat Islam banyak yang beriman pada ayat yang mengajarkan shalat, puasa dan haji, tetapi mereka juga mengingkari ayat atau ajaran lain seperti tidak mengimani pengharaman riba’, tidak beriman pada ayat-ayat yang terkait hukum pidana (qishash dan hudud) dan hukum-hukum lain yang terkait dengan masalah politik dan pemerintahan.

3. Ittiba Manhaj Al-Basyari (Mengikuti Hukum Produk Manusia)“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maa-idah 49-50)

Inilah musibah terbesar yang menimpa umat Islam di hampir seluruh dunia Islam pada akhir zaman, mereka mengikuti hukum sekuler buatan manusia. Bahkan di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam, mereka tidak berdaya bahkan menolak terhadap pemberlakuan hukum Islam. Kondisi ini akan tetap berlangsung sehingga mereka merubah dirinya sendiri, berda’wah dan membebaskan dari semua pengaruh asing yang menimpa umat Islam.

4. Tidak Memahami Kedudukan Al-Qur’an“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS Al-Israa’ 9)

Umat Islam tidak mengetahui dan tidak mendudukkan Al-Qur’an sesuai fungsinya. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai hidayah untuk manusia yang hidup tetapi banyak diselewengkan, Sebagian umat Islam hanya menggunakan Al-Qur’an terbatas sebagai bacaan untuk orang meninggal dan dibaca saat ada orang yang meninggal. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai pedoman hidup hanya ramai di musabaqahkan. Sebagaian yang lain hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai kaligrafi yang menjadi hiasan dinding di masjid-masjid atau di tempat lainnya. Sebagian yang lain menjadikan Al-Qur’an sebagai jimat, yang lain hanya menjadi pajangan pelengkap perpustakaan yang jarang dibaca atau bahkan tidak pernah dibaca.

5. Hajr Al-Qur’an (Meninggalkan Al-Qur’an) Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan.” Meninggalkan Al-Qur’an adalah salah satu masalah besar yang menimpa umat Islam. Umat Islam banyak yang meninggalkan Al-Qur’an, dalam arti tidak memahami, tidak membaca, tidak mentadaburi, tidak membaca, tidak mengamalkan dan tidak menjadikan pedoman hidup dalam kehidupan mereka. Umat Islam lebih asyik dengan televisi, koran, majalah, lagu-lagu, musik dan lainnya. Jauhnya umat Islam menyebabkan hinanya mereka dalam kehidupan dunia. Salah satu rahasia kejayaan umat Islam apabila mereka komitmen dengan Al-Qur’an dan menjadikannya pedoman hidup.

II. Pensikapan terhadap Ahli Agama

Allah SWT. Berfirman yang artinya:

Artinya: ”Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS At-Taubah 31)

Inilah sikap Yahudi dan Nasrani terhadap ahli agama mereka. Dan ternyata banyak dari umat Islam yang mengkultuskan ulama dan kyai dan menempatkan mereka pada posisi Tuhan yang suci dan tidak pernah salah. Terkait dengan surat At-Taubah 31, diriwayatkan dalam beberapa hadits diantaranya oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan At-Tabrani bahwa Adi bin Hatim yang baru masuk Islam datang kepada Rasulullah saw. yang masih memakai kalung salib dan Rasulullah saw. memerintahkan untuk melepaskannya. Kemudian Rasul saw. membacakan ayat tadi. Adi menyanggahnya:” Wahai Rasulullah kami tidak menyembahnya”. Tetapi Rasulullah saw menjawabnya:” Bukankah mereka mengharamkan yang dihalalkan Allah dan menghalalkan yang diharamkan Allah ?” Betul, kata Adi. Rasul saw. meneruskan:” Itulah ibadah mereka”. Demikianlah pendapat mayoritas ulama jika sudah menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan mentaatinya maka itulah bentuk penyembahan terhadap ahli agama. Dan ini pula yang banyak menimpa umat Islam, mereka mentaati secar buta apa yang dikatakan ulama atau kyai padahal bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits.

III. Pensikapan terhadap Dunia

Penyakit utama Yahudi adalah sangat rakus terhadap dunia, baik harta, kekuasaan maupun wanita sebagaimana direkam dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman yang Artinya: ”Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS Al-Baqarah 96). Penyakit ini pula yang menimpa sebagian besar umat Islam sebagaimana disebutkan dalam hadits Wahn. Perlombaan sebagian umat Islam terhadap dunia telah membuat mereka buta dan tuli sehingga menghalalkan segala cara. Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia dan sebagian negeri muslim lainnya. Mayoritas penduduknya muslim tetapi menjadi negera terkorup di dunia, paling banyak hutangnya, paling jorok, paling rusak dll. Sungguh sangat jauh antara Islam dan realitas umat Islam.

Diantara dorongan dunia yang paling kuat daya tariknya adalah syahwat wanita. Dan inilah yang sedang menimpa kita. Fenomena seks bebas, pornografi merupakan santapan harian bagi sebagian umat Islam. Dan realitas ini sangat cerdas dimanfaatkan oleh si Inul. Manusia yang sedang rakus dan lahap terhadap syahwat mendapatkan makanan dan pemandangan yang sangat cocok bagi mereka, yaitu Inul. Lebih ironis lagi si Inul dianggap paling berjasa oleh sebagian kyai dan ulama, karena dapat menghibur manusia Indonesia yang lagi stress. Memang manusia Indonesi sedang terkena penyakit dan penyakit itu adalah penyakit hati dan syahwat. Dan Inul memuaskan rasa sakit itu, sebagaimana NARKOBA memuaskan orang yang sedang kecanduan NORKOBA itu.

Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Said Al-Khudri ra. Nabi saw. bersabda:” Sesungguhnya itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah akan menguji kalian, maka Allah akan melihat bagaimana kamu memperlakukan dunia. Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah yang pertama menimpa Bani Israil adalah pada wanita” (HR Muslim)

IV. Pensikapan terhadap Akhirat. Allah SWT. Berfirman yang artinya: Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?". (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS Al-Baqarah 80-81).

Inilah sikap mereka yaitu Yahudi terhadap akhirat, lebih khusus lagi terhadap neraka. Mereka meremehkan siksa api neraka. Dan ternyata penyakit ini juga banyak menimpa umat Islam. Sebagian umat Islam yang meremehkan siksa api neraka membuat mereka melalaikan kewajiban Islam, seperti menegakkan shalat, zakat, puasa, haji, menutup aurat dll. Pada saat yang sama mereka juga tidak takut berbuat dosa. Inilah fenomena potret umat Islam. Umat Islam yang melakukan korupsi, suap, manipulasi, dan curang dalam kehidupan politik. Umat Islam yang bertransaksi dengan riba dalam kehidupan ekonomi. Umat Islam yang meramaikan tempat hiburan dan prostitusi dalam keremangan malam, bahkan siang sekalipun. Umat Islam yang memenuhi meja-meja judi disetiap pelosok kota dan negeri. Umat Islam yang banyak menjadi korban NARKOBA. Umat Islam dan sebagian kaum muslimat yang buka aurat bahkan telanjang ditonton masyarakat. Dan masih banyak lagi daftar kejahatan sebagain umat yang mengaku umat Islam. Dan itulah potret dan realitas umat Islam hari ini.
http://www.syariahonline.com/v2/mutiara-hadist/1819-hadits-realitas-umat-islam-hari-ini.html

Pendeta Hindu: "Saya Rela Melepas Kenyamanan Hidup Demi Islam"

"Ini adalah nikmat Allah yang tiada tara. Dia telah melimpahkan kekayaan yang tak ternilai harganya pada saya, sebuah agama yang benar, yaitu Islam. Saya merasa menjadi orang yang paling beruntung dan paling sukses di dunia," demikian ungkapan Dr. Saroopji Maharaj saat ditanya bagaimana perasaannya setelah masuk Islam.

Dr. Maharaj adalah seorang tokoh Hindu terkemuka di Achariya Mahant, India. Ia beserta istri dan anak perempuannya masuk Islam pada bulan Ramadhan tahun 1986 di kota Bhopal, India. Setelah menjadi muslim, Maharaj menggunakan nama islami Islamul Haq.

"Setelah bersyahadat dan menjadi seorang muslim, saya merasa menemukan kehidupan yang lebih terarah dan terlepas dari liarnya kehidupan duniawi selama ini," ujarnya.

Tokoh terpandang, kaya dan berpendidikan di lingkungannya ini mengaku masuk Islam atas kemauan sendiri, setelah melakukan pencarian dan mempelajari beragam ajaran agama. Dalam pencariannya itu, Dr Maharaj akhirnya menemukan kebenaran Islam dan ia ingin menjadikan dirinya contoh untuk menolak pandangan masyarakat dunia yang selama ini menuding Islam disebarluaskan dengan kekerasan, dengan pedang.

Dr. Maharaj lahir dan dibesarkan di tengah keluarga Hindu yang taat. Ia sendiri pernah bekerja sebagai pendeta agama Hindu di beberapa institusi agama Hindu di India. Tugasnya, selain menyebarkan ajaran Hindu, mendata dan melatih para siswa calon pendeta.

Sebagai seorang doktor di bidang ilmu agama dan orientalisme, Dr Maharaj pernah diundang Paus Santo Paulus VI berkunjung ke Vatikan. Dalam kunjungannya, ia mengaku mendapat tekanan kuat agar ia mau menerima ajaran Katolik. Ia diminta untuk memberikan ceramah dengan tujuh topik berbeda. Namun ia berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik. Paus memberikan penilaian terbaik atas topik kekristenan yang dipaparkan Maharaj, dan untuk itu ia diberi penghargaan kehormatan berupa pengakuan sebagai warga kota Vatikan.

"Meski demikian, saya sama sekali tidak tertarik dengan ajaran Kristen. Saya pulang ke India dan melanjutkan pekerjaan saya sebagai pendeta agama Hindu," ujar Maharaj yang menguasai 12 bahasa asing ini.

Dr. Maharaj mempelajari 10 ajaran agama yang ada di dunia. Tapi, jauh sebelum memutuskan masuk Islam, Maharaj mengakui kebenaran ajaran Islam. Pada tahun 1981, ia diundang oleh Dada Dharam, seorang tokoh agama Hindu yang cukup dikenal masyarakat internasional. Dhram tiba-tiba menanyakan pada Maharaj, "Engkau sudah mempelajari berbagai agama di dunia. Agama mana yang menurutmu terbaik untuk manusia?" Jawaban Maharaj atas pertanyaan itu adalah "Islam".

Dharam lalu berkata, "Tapi Islam adalah agama yang terlalu mengekang umatnya".

Maharaj menjawab, "Agama yang disebut sangat mengekang itu, juga memberikan kebebasan. Justru agama yang dianggap tidak mengekang manusia malah memperbudak manusia. Manusia membutuhkan agama yang tetap 'mengekang'nya, agama yang mengatur manusia dengan ketat dalam masalah kehidupan duniawi, tapi membebaskannya dalam kehidupan akhirat kelak. Menurut saya, cuma Islam yang memenuhi kualifikasi sebagai agama yang paling baik."

"Islam memiliki akar yang kuat dan abadi. Takkan ada kekuatan di bumi yang bisa menghancurkan atau melenyapkannya. Islam mungkin bisa hilang dari kehidupan seorang muslim yang imannya lemah. Tapi Islam, biar bagaimanapun juga, akan terus tumbuh dan berkembang sepanjang masih ada seorang muslim yang memiliki semangat hijrah dan kemenangan, sepanjang dalam diri seorang muslim masih ada antusiasme untuk bersyukur dan bertakwa," papar Maharaj.

Setelah menjadi seorang muslim, Dr Maharaj melepas semua kekayaan harta benda dan kenyamanan hidup yang ia miliki selama ini. Ia rela melepas itu semua demi Islam. "Menjadi orang terkaya tidak akan memberikan kebahagiaan dan kepuasan pada diri saya, seperti yang saya dapatkan dari agama Islam," ujarnya.

Ditanya soal pendapatnya tentang sosok muslim yang baik. Maharaj menjawab bahwa tidak ada muslim yang lebih baik daripada Nabi Muhammad Saw. Namun ia mengatakan bahwa muslim yang baik seperti lebah yang hanya mau hinggap di bunga-bunga yang indah dan wangi, bukan di tempat-tempat yang kotor. Lebah memberikan madu, dan bukan racun. Madu yang bermanfaat bukan hanya untuk mereka sendiri, tapi juga makhluk lain seperti manusia dan hewan lainnya.

"Itulah sebabnya, saya bersungguh-sungguh mengajak semua muslim di dunia agar tetap berpegang dan mematuhi apa yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad Saw, berjalan menyeberangi sungai dunia dan sampai ke seberang dengan aman ..."

"Masih banyak waktu bagi kaum Muslimin untuk memperbaiki diri dan berkonsentrasi pada visi mereka pada kebenaran. Jika kaum Muslimin memiliki sikap seperti itu, Insha Allah, kita akan sukses dalam hal apapun yang kita lakukan," tukas Maharaj.

Dr Maharaj berencana untuk membuat gerakan dakwah yang kegiatannya mencakup upaya membela dan melindungi Islam, memberikan dukungan dan menggalang persatuan kaum Muslimin dan menyebarkan ajaran Islam yang mulia ke seluruh dunia dengan damai. (kw/TTT)
http://www.eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/pendeta-hindu-saya-rela-melepas-kenyamanan-hidup-demi-islam.htm

Kamis, 10 November 2011

Ingatkah Akan Pidato Jihad Bung Tomo di Hari Pahlawan?

“Bismillahirrohmanirrohim. Merdeka!! Saudara-saudara, kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu. Dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya ini ingin mendengarken jawaban rakyat Indonesia. Ingin mendengarken jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, dengarkanlah ini, tentara Inggris. Ini jawaban kita. Ini jawaban rakyat Surabaya. Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian:

“Hai, tentara Inggris, kau mengendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu. Kamu menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu. Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kami rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu. Untuk itu, sekalipun kita tahu bahwa kau sekalian akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada. Tetapi inilah jawaban kita:

“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga. Kita tunjukken bahwa kita ini benar-benar orang-orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap “Merdeka atau Mati”. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!! Merdeka!!”

Yuk bersedekah


Sedekah adalah perbuatan yang sangat mulia. Dengannya banyak orang miskin yang bisa menyambung hidupnya. Dengannya banyak mesjid yang bisa  berdiri tegak. Dengannya  keseimbangan ekonomi pun bisa terjaga karena harta tidak berhenti di tangan orang kaya yang mengakibatkan kemacetan ekonomi. Sebab  bila ekonomi telah macet di sebabkan bertumpuknya harta di kalangan orang kaya dan tidak ada aliran harta di kalangan orang miskin tentu akan timbul kekacauan di sebabkan naluri manusia untuk mempertahankan hidupnya.untuk mengatasi hal itu alhamdulillah Allah telah memberi solusi ekonomi berupa zakat,infaq dan sedekah yang bila di optimalkan bisa menjamin mengalirnya harta pada semua orang sehingga kemacetan ekonomi bisa dicegah. Pantas saja Nabi Muhammad SAW menyuruh kita bersedekah setiap hari sekecil apapun itu bahkan dalam suatu redaksi yang di riwayatkan oleh Imam Muslim “walau hanya setengah biji kurma” saking pentingnya bersedekah. Di dalam hadis lain juga disebutkan tentang pentingnya bersedekah setiap hari "Sesungguhnya setiap terbit matahari ada dua malaikat yang berdoa,salah satunya berdoa 'wahai Allah,gantilah harta orang yang bersedekah' dan yang lainnya berdoa 'wahai Allah,hancurkanlah harta orang yang tidak bersedekah' ".Oleh sebab itu, kita sebagai umat Islam semestinya bersedekah setiap hari sekecil apapun itu. Jangan sampai kita mengikuti bisikan setan yang selalu menggoda orang yang ingin bersedekah. Mereka berbisik, "Jangan berikan hartamu! Nanti kamu jadi melarat, kamu jadi miskin. "Tunggu saja setelah Anda kaya, setelah Anda tua”, akhirnya Anda meninggal, belum sempat bersedekah, dan menyesal yang tiada tara.

Selanjutnya, pada hakikatnya, sedekah tidak hanya dengan materi(harta), tapi juga bisa berupa bantuan tenaga, nasihat, bahkan senyuman yang menenangkan hati (kebaikan). Ini bagian dari keadilan Allah terhadap syariat-Nya. Jadi, sekalipun kita tidak memiliki harta untuk didermakan, kita masih bisa mendapatkan pintu-pintu lain dalam bersedekah dengan keutamaan-keutamaan yang sama dahsyatnya. Misalnya saja menunjukkan  jalan, membantu orang lemah, dan  membantu orang  yang sangat membutuhkan.    Atau yang  manfaatnya   kembali   pada orang yang bersedekah  itu sendiri. Misalnya,   berzikir    kepada Allah,  melaksanakan kewajiban syariat, dan perbuatan   taat   lainnya   yang manfaatnya   kembali  kepada  sang pelaku.

Selain itu manfaat sedekah sejatinya juga akan kembali kepada diri kita sendiri.Banyak sekali ayat-ayat maupun hadis yang menyebutkan keutamaan bersedekah,dan di bawah ini ada beberapa ayat yang kami kutip.
Allah SWT berfirman
:

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS.AlBaqarah:261)

“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya.“ (Saba 39

"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya".(QS.Ali Imran:92)

Rasul SAW bersabda tentang manfaat dari bersedekah:

“Obatilah orang sakit di antara kalian dengan bersedekah.“ (HR.Baihaqi

 “Sedekah tidak mengurangi harta”
(HR.Muslim).

“Sedekah akan menutup tujuh puluh pintu keburukan“ (HR.Thabrani ). Tutur Ibnul Qayyim, “Sedekah mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam menolak bencana, meskipun berasal dari orang yang suka berbuat maksiat atau kezaliman, bahkan dari seorang kafir sekalipun.

Selain itu  sedekah juga menunjukkan kualitas keimanan. Rasul bersabda "Sedekah itu petunjuk (cermin)" maksudnya sedekah itu menunjukkan (mencerminkan) bahwa pelakunya memiliki keimanan yang baik dan percaya dengan hari pembalasan (qiyamat) karena ia pasti melakukannya dengan mengharapkan pahala dan pahala adanya di akhirat. Sebagian ulama berpendapat 'dihari kiamat nanti orang yang bersedekah memiliki tanda yang khusus'.


Maka Saudaraku sekalian, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak bersedekah? Jika alasan kita adalah tidak ada harta yang bias didermakan, masih ada dzikir, senyum, dan amal shaleh yang lain. Bahkan sebuah senyum yang tulu dan ikhlas pun bisa menjadi sedekah. Lalu, apa lagi yang membuat kita tetap enggan bersedekah? So yuk bersedekah.
Wallahu’aalm bisshowwab.

Sabtu, 29 Oktober 2011

FOSIF, Lembaga Dakwah Fisika


 

"Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar; mereka orang-orang yang beruntung." (QS Ali 'Imran : 104)
"Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS Ali 'Imran : 110)
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS Ash-Shaff : 4)


FOSIF merupakan singkatan dari Forum Studi Islam Fisika. Sebagaimana namanya, awalnya didirikan oleh pak Triwikantoro(dekan FMIPA sekarang) pada tahun 1988 untuk mewadahi para mahasiswa fisika yang ingin mengkaji fenomena fisika dari sudut pandang islam.selain itu juga sebagai wadah dalam membina mahasiswa fisika agar memilki kepribadian seorang muslim.saat itu pak Tri menjabat sebagai ketua HIMASIKA ITS.
FOSIF merupakan salah satu lembaga dakwah jurusan(LDJ) yang ada di ITS. Oleh karena itulah organisasi ini bergerak di bidang dakwah dengan berbagai macam program yang disesuaikan objek dakwah. Adapun   objek dakwahnya adalah  civitas fisika ITS seperti mahasiswa , dosen, karyawan,  serta masyarakat sekitar ITS baik di dalam kampus maupun di luar kampus.  

Bentuk dari lambang FOSIF adalah tetesan air yang di dalamnya terdapat tulisan FOSIF yang bagian luarnya bertuliskan FORUM STUDI ISLAM FISIKA dan ITS yang merupakan tempat kedudukannya.

Arti lambang :
a.       Tetesan air yang melambangkan sumber dari kehidupan.
b.      Kata FOSIF yang merupakan nama lembaga.
c.       Huruf S di tengah kata FOSIF melambangkan cahaya yang selalu berkeinginan menjadikan FOSIF sebagai wadah guna mengembangkan aktivitas dakwah dan syi'ar Islam bagi mahasiswa Fisika khususnya, berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.